Berita | DP3AP2KB

PUSPAGA
JANGAN BILANG GAK BOLEH RINDU…..

Mengenal Emosi Dan Tips Mendukung Pada  Anak Yang Terdampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga

oleh Arum Sukma Kinasih,M.Psi.,Psikolog (Psikolog Klinis, Puspaga Jawa Tengah)  

 

Pernahkah terbayangkan, anak harus merekam kejadian berikut?

Setiap hari bisa saja anak merekam ingatan ketika ibu dipukul ayah?

Anak harus merekam kejadian ketika ibu dihina dengan kata-kata kasar yang merendahkan?

Anak harus merekam ingatan ketika dirinya ikut dipukul ayah sebagai sasaran kemarahan hingga tubuhnya jatuh?

 

Kekerasan dalam rumah tangga selalu memberikan dampak bagi tumbuh kembang anak, yaitu harus merekam ingatan peristiwa yang tidak menyenangkan di luar jangkauan kemampuannya.

Berikut rangkuman kondisi emosi dan sosial yang dialami oleh anak-anak yang diambil dari catatan konseling di Puspaga Jawa Tengah, yaitu mengalami kondisi emosi yang beragam

1. Kondisi Emosi

  • Marah,
    Anak-anak merasa marah dengan pihak ayah yang melakukan kekerasan terhadap ibu. Anak merekam memori ketika ibu dipukul atau menjadi sasaran kemarahan. Anak juga biasanya membela ibu yang ditunjukkan dari ucapan yang cenderung membenci ayah seperti, udah deh bu tinggalin aja ayah.  Dia gak pantes tinggal dengan ibu. Ibu jangan menurut gitu sama ayah dll

  • Rindu,
    Anak merasa rindu dengan ayah yang menyakiti ibu. Hal tersebut dapat terjadi karena pada dasarnya anak-anak tidak ingin orangtua tua berpisah. Setiap anak memiliki kebutuhan agar orangtua bersama Anak-anak tidak boleh dilarang merasa rindu. Setiap emosi yang muncul perlu diterima dan tidak dipendam. Ketika emosi dipendam, akan berdampak kepada perilaku sehari-hari. Contoh, anak dapat menjadi murung, tidak konsentrasi belajar, tidak dapat mengekspresikan diri dengan nyaman.

  • Sedih,
    Anak-anak merasa sedih yang ditunjukkan dari sering mengurung diri, nampak enggan bermain dengan teman-temannya. Eskpresi wajah nampak murung, tidak ceria dan jarang tersenyum

  • Cemas,
    Anak mengalami perasaan cemas karena kekerasan yang dialami oleh ibu sehingga takut orangtua berpisah, takut kehilangan orangtua. Anak juga memiliki kebutuhan emosi tidak ingin ditinggalkan oleh salah satu orang tua.

Anak juga mengalami peristiwa traumatis sehingga merasa cemas berinteraksi dengan lingkungan sekitar, berdampak kepada gangguan konsentrasi belajar, sulit tidur, gangguan di fisik.

2. Sosial

Lalu, bagaimana dampak secara sosial yang biasanya muncul?

  • Ambivalensi Anak mengalami perasaan ambivalensi, yaitu di satu sisi ia merasa rindu/ ingin dicintai oleh ayah namun du sisi lain merasa benci, marah.
    Anak pada dasarnya memiliki keinginan dicintai secara utuh oleh kedua orangtua sehingga
  • Kendala menyesuaikan diri dengan situasi yang sedang dihadapi sehingga berdampak kepada interaksi dengan lingkungan
    Anak juga mengalami kendala menyesuaikan diri seperti

Berikut Tips mendukung anak yang mengalami kendala emosi karena dampak kekerasan dalam rumah tangga.

A. Terima Perasaan Anak

Anak tidak perlu dilarang merasa cemas, sedih, marah, rindu. Semua emosi adalah proses belajar tentang pengalaman. Anak perlu diberikan ruang untuk mengekspresikan emosinya.

Do Katakan kepada Anak :

Okei nak, kamu sedang merasa sedih/marah/bingung ya karena…….

Don’t Katakan Kepada Anak :

Kamu gak boleh sedih, ayuk ceria donk. Kamu jangan marah gitu donk, yang sabra ya nak

Kamu gak usah rindu sama ayahmu. Dia kan udah nyakitin ibu. Kamu mau disakiti juga?

B. Dukung Anak dengan Melakukan Stabilisasi Emosi

Anak yang mengalami kondisi emosi yang tidak nyaman seperti emosi cemas, sedih, marah, perlu diberikan latihan stabilisasi emosi yang sederhana dan sesuai usia

C. Anak butuh mengekspresikan diri sesuai minat dan bakatnya

Kita dapat mendukung anak dengan beberapa cara untuk mengekspresikan emosi. Ada cara melalui dikembangkan minat dan bakatnya agar anak merasa bahagia dan percaya diri

D. Jika butuh pendampingan lanjutan, Rujuk ke Fasilitas Layanan Psikologi/Psikiatri yang tersedia.

Tinggalkan Komentar

komentar anda akan kami filter terlebih dahulu